Share
AHLAN WASYAHLAN FII' | "SUBCECI BLOG" | SALAM BUAT PENGUNJUNG YANG MENYEMPATKAN WAKTUNYA MAMPIR DISINI | IMAM SENDIRI TAHAP BELAJAR,BILA ADA KEKURANGAN MOHON SARAN DAN KOMMENNYA | AKHIR KATA,SENANG BERJUMPA DAN BERBAGI DENGAN ANDA | WASSALAM.

Jumat, 17 Desember 2010

Shalat


Tentang (Menghadap) Kiblat dan Orang yang Menganggap Tidak Perlu Mengulang Shalat Apabila Seseorang Lupa dan Shalat dengan Menghadap ke Arah Selain Kiblat Nabi Muhammad saw pernah mengucapkan salam setelah melakukan dua rakaat shalat zhuhur dan menghadapkan wajahnya ke arah orang banyak, kemudian menyempurnakan rakaat yang masih tertinggal.[ #. Anas berkata bahwa Umar berkata, “Aku mendapatkan persetujuan Tuhanku dalam tiga hal. Aku (Umar) berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita jadikan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat?’ Turunlah ayat, ‘Dan, jadikanlah sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.’ Dan, ayat hijab (bertirai) di mana aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana kalau engkau perintahkan istri-istrimu berhijab karena mereka diajak bercakap-cakap oleh (dalam satu riwayat: engkau biasa didatangi oleh, 5/ 149) orang yang baik dan orang yang jahat? Turunlah ayat hijab. Dan, istri-istri Nabi Muhammad saw. bersepakat untuk cemburu kepada beliau, lalu aku berkata kepada mereka, ‘Jika beliau menceraikan kalian, boleh jadi Tuhannya akan menggantinya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian.’ (Dalam satu riwayat: ‘Dan telah sampai berita kepadaku bahwa Nabi Muhammad saw mencela sebagian istrinya. Aku lalu menemui mereka dan berkata, ‘Berhentilah kalian dari perbuatan itu atau Allah akan mengganti bagi Rasul-Nya istri-istri yang lebih baik daripada kalian,’ hingga aku datang kepada salah seorang dari mereka. Salah satu istri ini berkata, ‘Hai Umar, apakah pada Rasulullah itu tidak terdapat sesuatu yang dapat memberi pelajaran atau menyadarkan istri-istrinya sehingga engkau menasihati mereka?’). Maka, turunlah ayat ini.” #. Abdullah bin Umar berkata, “Pada waktu orang-orang sedang melakukan shalat subuh di Quba’, tiba-tiba mereka didatangi seseorang (untuk menyampaikan berita). Orang itu berkata, ‘Sesungguhnya, malam tadi telah diturunkan kepada Rasulullah saw. Al-Qur’an (yakni wahyu). Beliau diperintahkan shalat menghadap ke Kabah. [Maka ingatlah, menghadaplah kalian ke Kabah! 5/152].’ Mereka lalu menghadap ke Ka’bah, padahal waktu itu wajah mereka sedang menghadap ke Syam. Mereka lalu menghadapkan wajahnya ke Ka’bah.” Ludah dari Masjid dengan Tangan #. Anas r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad saw melihat dahak di arah kiblat. Beliau merasa keberatan terhadap hal itu sehingga tampak di wajah beliau (ketidaksenangan itu), lalu beliau berdiri, lantas menggaruknya dengan tangan beliau seraya bersabda, “Sesungguhnya, apabila salah seorang di antaramu berdiri dalam shalat, sesungguhnya ia sedang bermunajat (bercakap-cakap) dengan Tuhannya atau Tuhannya itu di antara dia dan kiblatnya. Karena itu, janganlah salah seorang diantaramu meludah ke arah kiblatnya [dan jangan pula ke arah kanannya,, tetapi kesebelah kiri atau di bawah telapak kakinya [yang kiri,.” Beliau lalu mengambil ujung selendang beliau dan meludah di situ. Beliau lalu menggeserkan sebagiannya atas sebagian yang lain, lalu beliau bersabda, ‘Atau, berbuat seperti ini.’”

#. Abdullah bin Umar berkata bahwa Rasulullah saw melihat ludah (dalam satu riwayat: dahak, di dinding masjid pada arah kiblat [ketika beliau akan mengerjakan shalat di depan orang banyak], lalu beliau menggosoknya [dengan tangannya,], lalu menghadap kepada orang banyak (dalam satu riwayat: maka beliau marah kepada ahli masjid), lalu bersabda [setelah selesai], “Apabila salah seorang di antara kalian sedang shalat, janganlah ia meludah di depannya karena sesungguhnya Allah itu berada di arah mukanya jika ia sedang shalat.” [Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata, "Apabila salah seorang dari kamu meludah, hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya."] #. Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw melihat ada ingus, ludah, atau dahak di dinding masjid, lalu beliau menggosoknya. Dahak dari Masjid dengan Batu Ibnu Abbas berkata, “Apabila kamu menginjak kotoran yang basah, cucilah ia, dan jika kering, tidak perlu kamu cuci.”[ #. Abu Hurairah dan Abu Said berkata bahwa Rasulullah saw melihat dahak pada dinding (dalam satu riwayat: ke arah kiblat,, lalu beliau mengambil sebutir kerikil kemudian menggosok-gosoknya, lalu beliau bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian ingin meludah, janganlah ia meludah ke arah depannya dan kanannya, tetapi hendaklah meludah ke sebelah kirinya atau ke bawah kakinya yang kiri.” Meludah ke Sebelah Kanan Ketika Shalat Meludah ke Sebelah Kirinya atau di Bawah Kaki Kirinya Meludah di Masjid #. Anas bin Malik berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Meludah di masjid adalah suatu kesalahan dan kaffarahnya (tebusannya) adalah menanamnya (menghilangkannya).’” Ludah di Masjid #. Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, “Jika seseorang di antara kalian berdiri mengerjakan shalat, janganlah meludah ke depannya karena sebenarnya ia di saat itu sedang bermunajat kepada Allah selama ia masih di tempat shalatnya dan janganlah ia meludah ke sebelah kanannya karena di sebelah kanannya ada seorang malaikat, tetapi hendaklah dia meludah ke sebelah kirinya atau ke bawah telapak kakinya, lalu memendamnya (menanamnya).” Imam Kepada Orang Banyak Mengenai Pelaksanaan Shalat yang Sempurna dan Keterangan Tentang Kiblat #. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Apakah kamu melihat kiblatku di sini? Demi Allah, tidaklah tersembunyi atasku kekhusyuanmu dan rukumu, [dan, l/181] sesungguhnya aku melihatmu dari belakang punggungku.” #. Anas bin Malik berkata, “Nabi Muhammad saw shalat bersama dengan kami sebagai imam dalam suatu shalat yang dikerjakan. Kemudian, beliau naik mimbar, lalu bersabda mengenai shalat dan ruku, ‘Sesungguhnya, aku melihat kalian dari belakangku sebagaimana aku melihat kalian (sewaktu berhadap-hadapan).’” Dikatakan Masjid Bani Fulan? #. Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw memperlombakan antar kuda yang diberi makan penuh dari Hafya’ ke Tsaniyatil Wada’ dan memperlombakan antar kuda yang tidak diberi makan penuh dari Tsaniyah ke masjid bani Zuraiq. Abdullah bin Umar termasuk orang yang ikut berlomba itu. Membagi dan Menggantungkan Tempat Penyimpanan Harta di Dalam Masjid Anas berkata, “Nabi Muhammad saw diberi harta dari Bahrain. Beliau lalu bersabda, ‘Sebarkanlah di masjid!’ Itulah sebanyak-banyak harta yang disampaikan kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw lalu keluar untuk shalat dan tidak menoleh kepadanya. Ketika beliau telah selesai menunaikan shalat, beliau datang dan duduk di sana. Bila beliau melihat seseorang, orang itu beliau beri harta itu. Tiba-tiba Abbas r.a. datang kepada beliau, lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, berilah aku karena aku menebus diriku dan aku menebus Aqil.’ Rasulullah lalu bersabda kepadanya, ‘Ambillah.’ Abbas lalu mengambilnya dan memasukkannya di dalam kainnya, dan dia menganggap pemberian itu hanya sedikit, tetapi ia tidak mampu untuk membawanya. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, suruhlah seseorang mengangkatkannya kepadaku.’ Beliau bersabda, ‘Tidak.’ Ia berkata, ‘Engkau sajalah yang mengangkatkannya kepadaku.’ Beliau menjawab, ‘Tidak.’ Ia lalu pergi. Rasulullah saw. mengikutinya terus dengan pandangannya hingga Abbas tidak terlihat oleh kami. Rasulullah saw berbuat begitu karena merasa heran terhadap keinginannya. Ketika Rasulullah saw. berdiri, di sana sudah tidak ada satu dirham pun.” yang Mengundang Makan di Masjid dan Orang yang Mengabulkan Undangan Itu #. Anas berkata, “Aku mendapati Nabi Muhammad saw dalam masjid bersama dengan sejumlah orang. Aku langsung mendekati beliau, lalu beliau bertanya kepadaku, ‘Apakah engkau suruhan Abu Thalhah?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Beliau bertanya, ‘Untuk makan-makan?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Beliau lalu bersabda kepada orang-orang yang bersama beliau, ‘Berdirilah!’ Mereka lalu keluar dan aku berangkat di depan mereka.” Keputusan dan Saling Mengucapkan Li’an di Masjid (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Sahl bin Sa’ad yang tercantum pada Kitab ke-68 ‘ath-Thalaq’, Bab ke-20.”) Masjid di Rumah-Rumah Al-Barra’ bin Azib shalat di masjidnya yang terletak di rumahnya dengan berjamah. #. Dari Mahmud bin ar-Rabi’ al-Anshari [dan dia mengaku menahan Rasulullah saw dan menahan muntahan yang dimuntahkannya (dalam satu riwayat: dia berkata, "Aku menahan dari Nabi Muhammad saw muntahan yang beliau muntahkan di wajahku dan ketika itu aku berumur lima tahun, dari timba yang berharga beberapa dirham, [Mahmud mengaku, ] bahwasanya [dia mendengar] Itban bin Malik [seorang tunanetra dan, termasuk sahabat Rasulullah saw. dari golongan yang menyaksikan (turut serta dalam) Perang Badar dari kalangan Anshar [bersama Rasulullah saw., katanya, "Aku melakukan shalat untuk mengimami kaumku, bani Salim, dan antara aku dan mereka terdapat lembah yang apabila turun hujan aku kesulitan melewatinya menuju ke masjid. Aku datang kepada Rasulullah saw. dan berkata kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, pandanganku sudah buruk, padahal aku menjadi imam shalat bagi kaumku. Apabila turun hujan, mengalirlah air di lembah yang ada di antara aku dan mereka sehingga aku tidak mampu mendatangi masjid mereka untuk mengimami mereka. Wahai Rasulullah, aku ingin engkau datang kepada ku, lalu engkau shalat di rumahku [di tempat] yang aku jadikan mushalla.’ Rasulullah saw bersabda kepadaku, ‘Akan aku lakukan insya Allah.’ Keesokan harinya, Rasulullah saw dan Abu Bakar datang kepadaku saat matahari sudah tinggi (dalam satu riwayat: sangat terik). Rasulullah saw minta izin dan aku mengizinkannya, namun beliau tidak duduk ketika (dalam satu riwayat: sehingga,rumah. Beliau lalu bertanya, ‘Dimanakah kamu inginkan agar aku shalat di rumahmu?’ Aku menunjukkan beliau suatu arah dari rumahku, lalu Rasulullah berdiri dan bertakbir. Kami lalu berdiri dan berbaris [di belakang beliau), kemudian beliau shalat dua rakaat dan salam [dan kami mengucapkan salam setelah beliau salam]. Kami menahan beliau (untuk menyantap) bubur gandum yang kami campur dengan daging untuk beliau. [Maka orang-orang sekitar mendengar Rasulullah saw. ada di rumah saya]. Datanglah beberapa orang laki-laki dari desa itu dan mereka berkumpul. Salah seorang dari mereka berkata, ‘Dimanakah Malik bin Dukhaisyin atau Ibnu Dukhsyun?’ Sebagian mereka menjawab, ‘Dia itu orang munafik, tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya.’ Rasulullah saw lalu bersabda, Janganlah kamu berkata demikian. Bukankah kamu telah melihatnya telah mengucapkan, ‘Tiada Tuhan melainkan Allah’ yang dengan ucapan itu ia mengharapkan ridha Allah?’ Ia berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ [Adapun kami], sesungguhnya kami melihat wajah dan nasihatnya kepada orang-orang munafik. Rasulullah saw lalu bersabda, ‘Sesungguhnya, Allah mengharamkan neraka terhadap orang yang mengucapkan, ‘Tiada tuhan melainkan Allah, karena mengharapkan keridhaan Allah.’” [Mahmud berkata, "Aku lalu menceritakan hal ini kepada suatu kaum yang di antaranya terdapat Abu Ayyub, yang menemani Rasulullah saw dalam peperangan yang mengantarkannya gugur di sana. Yazid bin Muawiyah sedang berkuasa atas mereka di negeri Rum. Abu Ayyub mengingkari hal itu atas aku. Ia berkata, 'Demi Allah, aku tidak mengira Rasulullah akan bersabda seperti yang engkau ceritakan itu.' Aku merasakan hal itu sebagai sesuatu yang besar. Aku menetapkan diriku karena Allah supaya menerimaku, sehingga aku selesai perang, untuk menanyakan hal itu kepada Itban bin Malik r.a-jika aku dapat menjumpainya ketika masih hidup-di masjid kaumnya. Aku menutup (selesai perang). Aku lalu ber-talbiyah untuk haji atau umrah, kemudian aku pergi hingga sampai di Madinah, kemudian aku datang ke perkampungan bani Salim, ternyata dia adalah seorang tua yang tunanetra, yang sedang shalat mengimami kaumnya. Setelah dia usai salam dari shalatnya, aku mengucapkan salam kepadanya dan aku beritahukan jati diriku, kemudian aku tanyakan kepadanya tentang hadits itu. Dia lalu menceritakannya kepadaku sebagaimana dahulu ia menceritakannya kepadaku kali pertama."
Ibnu Syihab berkata, “Aku bertanya kepada al-Hushain bin Muhammad al Anshari-salah seorang dari bani Salim dan termasuk salah seorang anggota pasukan infanteri-tentang hadits Mahmud bin ar-Rabi’ (diatas), lalu ia membenarkan hal itu.” Yang Kanan dalam Memasuki Masjid dan Lain-Lain Abdullah bin Umar memulai dengan kakinya yang kanan, sedangkan bila keluar, ia memulainya dengan kakinya yang kiri.[ #. Aisyah berkata, “Nabi Muhammad saw suka sekali mendahulukan yang kanan sebisa mungkin dalam semua urusannya, seperti dalam bersuci, menyisir rambut, dan memakai terompah.” Boleh Menggali Kubur Kaum Musyrikin di Zaman Jahiliah dan Mempergunakan Tempat Itu Sebagai Masjid? Nabi Muhammad saw bersabda, “Allah melaknat orang Yahudi karena mereka membangun tempat-tempat ibadah di kuburan-kuburan para nabi mereka.” Juga dibencinya shalat di kuburan. Umar melihat Anas bin Malik shalat di sisi kuburan dan berseru, “Kuburan! Kuburan!” Beliau tidak menyuruh mengulangi shalatnya.[ #. Anas r.a. berkata, “Nabi Muhammad saw datang ke Madinah. Beliau turun di Madinah kawasan atas, di suatu perkampungan yang disebut bani Amr bin Auf. Nabi Muhammad saw tinggal di tempat mereka selama empat belas malam. Beliau lalu mengirimkan (utusan) kepada orang-orang bani Najjar. Mereka datang dengan menyandang pedang. Seolah-olah aku melihat Nabi Muhammad saw di atas kendaraan beliau, Abu Bakar mengiringi beliau, dan orang-orang bani Najjar di sekeliling beliau, sehingga beliau meletakkan kendaraan beliau di halaman rumah Abu Ayyub. Beliau suka menunaikan shalat di mana saja sewaktu tiba waktu shalat dan beliau shalat di tempat menderumnya kambing. [Kemudian sesudah itu, aku mendengar dia berkata, 'Beliau shalat di tempat menderumnya kambing, sebelum dibangunnya masjid.'] (Dalam satu riwayat: Kemudian) beliau menyuruh membangun masjid dan beliau minta dipanggilkan orang-orang bani Najjar, lalu beliau bersabda, ‘Berapakah harga kebunmu ini?’ Mereka menjawab, ‘Tidak. Demi Allah, kami tidak meminta harganya kecuali kepada Allah ta’ala.’ Anas berkata, ‘Di kebun itu terdapat apa yang aku katakan kepadamu, yaitu kuburan orang-orang musyrik, juga terdapat reruntuhan dan terdapat pohon kurma. Nabi Muhammad saw. lalu memerintahkan supaya kuburan orang-orang musyrik itu digali, kemudian reruntuhan itu diratakan, dan pohon-pohon kurma ditebang. Mereka menjajarkan batang-batang pohon kurma di arah kiblat masjid. Kedua ambang pintu dibuat dari batu. Mereka memindahkan batu-batu seraya bersyair rajaz dan Nabi bersama mereka sambil berkata (dalam satu riwayat: bersama mereka mengucapkan), (“Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat, maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin.’)” shalat di Kandang Kambing (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian dari hadits Anas di muka.”) di Tempat Pembaringan (Ladang-Ladang) Unta #. Nafi’ berkata, “Aku melihat Ibnu Umar shalat menghadap untanya dan ia berkata, ‘Aku melihat Nabi Muhammad saw melakukannya.’” yang Shalat di Depan Tungku Pemanasan atau Api atau Hal-Hal Lain Yang Disembah Orang, Tetapi Dia Memaksudkan Shalatnya Semata-mata untuk Allah Anas berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Neraka ditampakkan kepadaku ketika aku sedang shalat” (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan pada Kitab ke-16 ‘al-Kusuf’, Bab ke-9.”) Shalat di Kuburan #. Ibnu Umar berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Lakukanlah sebagian shalatmu (selain shalat fardhu, yakni shalat sunnah) di rumahmu dan janganlah kamu jadikan rumahmu itu sebagai kuburan (bukan tempat shalat).” di Tempat Tempat Reruntuhan Gempa dan Bekas Azab Diriwayatkan bahwa Ali tidak menyukai shalat di tempat bekas reruntuhan gempa di Babil. (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang akan disebut kan pada Mtab ke-60 ‘al-Anbiya’, Bab ke17.”) di Gereja atau Candi (Tempat Ibadah Agama Selain Islam) Umar berkata, “Kami tidak memasuki gereja-gerejamu karena patung-patung dan gambarnya itu.” Ibnu Abbas shalat di dalam biara (tempat ibadah agama lain) kecuali biara yang ada patung di dalamnya. (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnad-nya hadits Aisyah yang akan disebutkan pada Kitab ke-23 ‘al-Janaiz’, Bab ke-62.”) #. Aisyah dan Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) berkata, “Ketika Rasulullah saw menghadapi kematian, beliau melemparkan selendang pada muka beliau. Ketika selendang itu menutupi muka beliau, beliau membukanya seraya bersabda dalam keadaan demikian, ‘Laknat (kutukan) Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah).’” Beliau mempertakutkan akan apa yang mereka perbuat.[ #. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi karena mereka membangun tempat-tempat ibadah di atas kuburan nabi-nabi mereka.” Nabi Muhammad saw., “Bumi Itu Dijadikan untukku Sebagai Tempat Shalat dan Alat Bersuci (Tayamum).” Tidurnya Seorang Wanita di Masjid #. Aisyah berkata bahwa seorang budak perempuan hitam milik suatu perkampungan Arab yang sudah mereka merdekakan, tetapi masih suka bersama mereka, berkata, “Seorang anak perempuan kecil yang mengenakan selendang merah dari kulit keluar kepada mereka. Diletakkannya atau jatuh darinya dan lewatlah seekor burung rajawali dan burung itu mengira selendang yang jatuh itu sebagai daging, lantas dipungut nya. Mereka mencari selendang itu, namun tidak ditemukan, lalu mereka menuduhku. Mereka mencarinya sehingga mereka mencari di kemaluanku. (Dalam satu riwayat: Mereka lalu menyiksaku sampai mereka mencari di kemaluanku, . Demi Allah, sungguh aku berdiri bersama mereka [sedang aku masih dalam kesedihan], tiba-tiba burung rajawali itu lewat [hingga sejajar dengan kepala kami] lantas menjatuhkan selendang itu. Selendang itu jatuh di antara mereka [lalu mereka mengambilnya]. Aku berkata, ‘Itulah selendang yang kamu tuduh aku mengambilnya, padahal aku sama sekali tidak mengambilnya. Inilah dia!’ Perempuan itu mengatakan bahwa ia datang kepada Rasulullah saw dan masuk Islam. Aisyah berkata, ‘Perempuan itu mempunyai kemah atau bilik dari tumbuh-tumbuhan di masjid. Perempuan itu datang dan bercerita kepadaku. Tidaklah dia duduk di tempatku melainkan ia mengatakan, ‘Hari selendang adalah sebagian dari keajaiban Tuhan kita. Ketahuilah, bahwasanya Tuhan menyelamatkan aku dari negara kafir.’ Aku bertanya kepada perempuan itu, ‘Mengapakah ketika kamu duduk bersamaku mesti kamu ucapkan kalimat ini?’ Perempuan itu lalu menceritakan cerita-cerita ini.’” Orang Laki-Laki di Masjid Anas berkata, “Beberapa orang dari suku Ukal datang kepada Nabi Muhammad saw., kemudian mereka bertempat di teras masjid.” Abdur Rahman bin Abu Bakar berkata, “Orang-orang Ahlush Shuffah (orang-orang yang berdiam di teras masjid) itu adalah orang-orang fakir.” #. Abu Hurairah berkata, “Aku melihat ada tujuh puluh orang dari Ahlush Shuffah, tiada seorang pun di antara mereka itu yang mempunyai selendang. Mereka hanya memiliki izar (kain panjang) atau lembaran-lembaran kain yang diikat seputar leher mereka. Di antara lembaran kain itu ada yang hanya sampai pada separo betis dan ada yang sampai pada kedua mata kaki, dan mereka menyatukannya dengan tangan mereka, karena khawatir aurat mereka terlihat” Ketika Datang dari Bepergian Ka’ab bin Malik berkata, “Apabila Nabi Muhammad saw. pulang dari bepergian, beliau terlebih masuk ke masjid, lalu shalat di sana.’” Masuk Masjid Hendaklah Shalat Dua Rakaat #. Abu Qatadah as-Salami berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Apabila salah seorang di antaramu masuk masjid, hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum duduk.” (Dalam satu riwayat: “Janganlah ia duduk sehingga shalat dua rakaat.”
hadats di Dalam Masjid (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Abu Hurairah yang tersebut pada Kitab ke-10 ‘al-Adzan’, Bab ke-30.”) membangun Masjid Abu Said berkata, “Atap masjid terbuat dari pelepah-pelepah pohon kurma.” Umar menyuruh membangun masjid dan berkata, “Lindungilah manusia (yang berjamaah di dalamnya) dari hujan. Jangan sekali-kali diwarnai merah atau kuning karena hal itu dapat menyebabkan orang-orang tergoda (tidak khusuk).” Anas mengatakan, “Banyak orang yang akan bermegah-megahan dalam mendirikan masjid, tetapi mereka tidak memakmurkannya (meramaikannya) melainkan sedikit” Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya, kalian akan bersungguh-sungguh menghiasi masjid-masjid kalian seperti orang-orang Yahudi dan Kristen menghiasi (gereja dan rumah ibadah mereka).” #. Abdullah (bin Umar) berkata bahwa masjid pada zaman Rasulullah saw dibangun dengan batu bata, atapnya dengan pelepah korma, dan tiangnya dengan batang pohon korma. Abu Bakar r.a. tidak menambahnya sedikit pun. Umar r.a. menambahnya dan membangun masjid seperti bangunan di masa Rasulullah saw dengan batu bata dan pelepah korma, dan mengganti tiangnya dengan kayu. Selanjutnya, Utsman r.a. mengubahnya dan melakukan penambahan yang banyak. Ia membangun dindingnya dengan batu yang diukir dan dibuat pola tertentu. Ia menjadikan tiang nya dari batu yang diukir dan atapnya dari kayu jati. -menolong dalam Membangun (Memakmurkan) Masjid.
Firman Allah, “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada (siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (at-Taubah: 17-18) #. Ikrimah berkata, “Ibnu Abbas berkata kepadaku dan kepada anakku, yaitu Ali, ‘Berangkatlah kamu berdua ke rumah Abu Sa’id, lalu dengarlah apa yang diceritakannya.’ Kami berdua pergi kepadanya dan kami dapati dia [dan saudaranya, dalam kebun membersihkan kebun itu. [Setelah melihat kami, dia datang] lalu diambilnya selendangnya dan ia duduk dengan berpegang lutut. Dia mulai bercerita kepada kami hingga sampai menyebutkan pembangunan masjid. Ia berkata, ‘Kami dahulu membawa [batu bata masjid] satu demi satu dan Ammar membawa dua-dua batu bata, lalu Nabi Muhammad saw melihatnya dan beliau menghilangkan debu darinya (dalam satu riwayat: beliau mengusap debu dari kepalanya) seraya bersabda, ‘Kasihan Ammar, ia akan dibunuh oleh golongan yang zalim, padahal ia mengajak mereka ke surga, sedangkan mereka mengajaknya ke neraka.’ Ammar menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah dari fitnah-fitnah itu.’” Pertolongan Kepada Tukang Kayu dan Ahli Bangunan untuk Mendirikan Tiang-Tiang Mimbar dan Masjid #. Jabir berkata bahwa seorang wanita berkata, “Wahai Rasulullah, dapatkah aku membuatkan sesuatu untukmu yang dapat engkau duduk di atasnya karena aku mempunyai seorang budak yang merupakan seorang tukang kayu?” Beliau bersabda, “Jika kamu mau, bolehlah.” Perempuan itu lalu membuatkan tempat duduk yang berupa mimbar. yang Mendirikan Masjid #. Ubaidillah al-Khaulani mendengar ucapan Utsman bin Affan r.a. ketika ia mendengar perkataan orang-orang di kala membangun masjid Rasulullah saw., “Sesungguhnya, kamu telah berbuat banyak dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Barang siapa yang membangun masjid-Bukair berkata, ‘Aku kira beliau bersabda’-karena mengharapkan keridhaan Allah, Allah akan membangunkan untuknya yang seperti itu di surga.’” Mata Panah dengan Tangan Sewaktu Lewat di Masjid 251. Jabir bin Abdullah berkata, “Seorang laki-laki lewat di masjid sambil membawa panah [dengan menampakkan mata panah/bagian tajamnya 8/190] lalu Rasulullah saw bersabda kepadanya, ‘Peganglah mata panahnya [jangan sampai menggores orang muslim].’ [Dia menjawab, 'Ya, aku laksanakan.']” lewat di Masjid #. Abu Musa berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Barangsiapa yang lewat pada sesuatu dari masjid-masjid kami atau pasar kami dengan anak panah, hendaklah ia pegang mata panahnya; janganlah ia melukai muslim dengan telapaknya.” (Dalam satu riwayat: “Jangan sampai ada sesuatu darinya yang menimpa salah seorang muslim.” 8/90) : Bersyair di Dalam Masjid #. Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf mendengar Hassan bin Tsabit al Anshari meminta kesaksian kepada Abu Hurairah r.a. (dan dari jalan Said ibnul Musayyab, berkata, “Umar lewat di masjid dan Hasan sedang bersenandung. Hassan berkata (kepada Umar yang memelototinya), ‘Aku pernah bersenandung (bersyair) di dalamnya, sedangkan di sana ada orang yang lebih baik daripada engkau.’ Hassan lalu menoleh kepada Abu Hurairah seraya berkata, ['Hai Abu Hurairah, , aku meminta kepadamu dengan nama Allah, apakah kamu mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Wahai Hassan, jawablah dari Rasulullah saw (dalam satu riwayat: jawablah dariku). ‘Wahai Allah, kuatkanlah ia dengan ruh suci (Jibril).’ Abu Hurairah menjawab, ‘Ya.’” -Orang yang Bermain Tombak (Anggar) di Dalam Masjid (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Aisyah yang tercantum pada Kitab ke-12 ‘al-Idaini’, Bab ke-2.”) Jual Beli di Atas Mimbar di Dalam Masjid (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnad nya hadits Aisyah dalam masalah pemerdekaan Barirah yang tercantum pada Kitab ke-24 ‘al-Buyu”, Bab ke-73.”) menagih Utang dan Memberi Ketetapan di Masjid #. Ka’ab bin Malik berkata bahwa ia beperkara utang dengan [Abdullah, Ibnu Abi Hadrad [al-Aslami] [pada masa Rasulullah saw., masjid, [lalu ia mendesaknya, kemudian keduanya bersitegang]; suara keduanya keras hingga terdengar oleh Rasulullah saw. yang sedang berada di rumah beliau. Beliau keluar menemui keduanya sehingga terbukalah tirai kamar beliau. Beliau memanggil [Ka'ab bin Malik, , “Hai, Ka’ab.” Ia menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Lunasilah sebagian dari utangmu ini.” Beliau memberi isyarat kepadanya [dengan tangan beliau], yakni separonya. Ia menjawab, ‘Telah aku lakukan, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda, “Berdirilah, lalu tunaikanlah.” [Lalu ia mengambil separo utangnya dan membiarkan yang separonya]. menyapu Masjid, Memunguti Sobekan Kain, Kotoran, dan Kayu-kayuan Harum-haruman #. Abu Hurairah berkata bahwa seorang laki-laki hitam atau wanita hitam penyapu masjid [aku tidak mengetahuinya kecuali seorang wanita], lalu ia meninggal [sedang Nabi Muhammad saw. tidak mengetahui kematiannya, , lalu beliau menanyakannya [seraya bersabda, "Apa yang dilakukan orang-orang itu?"] Mereka manjawab, “Meninggal.” Nabi Muhammad saw menimpali, “Mengapa kamu tidak memberitahukan kepadaku? Tunjukkanlah kuburannya (dengan dhamir/kata ganti “hi” (untuk laki-laki)) kepadaku!” Atau, beliau bersabda, “Atau kuburannya (dengan kata ganti untuk wanita).” Beliau lalu datang ke kuburnya dan menshalatinya. : Diharamkannya Jual Beli Khamr di Masjid #. Aisyah r.a. berkata, “Ketika diturunkan ayat-ayat [ surah al-Baqarah tentang riba, Nabi Muhammad saw keluar ke masjid. Beliau lalu membacakannya kepada orang-orang dan beliau mengharamkan berdagang khamr” : Pelayan-Pelayan untuk Kepentingan Masjid Ibnu Abbas berkata mengenai ayat (tentang perkataan istri Imran), “Aku nazarkan untuk Mu (ya Allah) anak yang ada dalam kandunganku,” ialah untuk melayani kepentingan masjid. (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah yang telah disebutkan dua bab sebelumnya.”) : Orang yang Menjadi Tawanan atau Bermasalah Diikat di Masjid (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah pada Kitab ke 21 ‘al-Amal fish Shalah’, Bab ke-10.”) : Mandi Ketika Masuk Islam dan Mengikat Seorang Tawanan di Masjid Syuraih memerintahkan agar orang yang bermasalah ditahan (diikat) di tiang masjid. (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah yang tercantum pada Kitab ke-64 ‘al-Maghazi’, Bab ke-72.”) : Membuat Kemah di Masjid untuk Orang-Orang Sakit dan Lainnya (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Aisyah yang tertera pada Kitab ke-64 ‘al-Maghazi’, Bab ke-72.”) : Memasukkan Unta ke dalam Masjid Karena Sakit Ibnu Abbas berkata, “Nabi Muhammad saw melakukan thawaf dengan menaiki unta.” #. Ummu Salamah berkata, “Aku mengadu kepada Rasulullah saw bahwa aku sakit. Beliau bersabda, ‘Thawaflah di belakang orang-orang dan kamu naik kendaraan.’ (Dalam satu riwayat darinya: Rasulullah saw bersabda kepadanya-ketika itu beliau berada di Mekah dan hendak keluar-, ‘Apabila telah diiqamati shalat subuh, berthawaflah di atas unta mu ketika orang-orang sedang shalat, . Aku lalu thawaf dan Rasulullah saw sedang shalat di samping Baitullah seraya membaca ath-Thuur wa Kitaabim Masthuur.” [Ummu Salamah tidak melakukan shalat sehingga dia keluar.] : Pintu Kecil dan Jalan Berlalu dalam Masjid #. Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Nabi Muhammad saw berkhotbah [kepada orang banyak, dan beliau bersabda, ‘Sesungguhnya, Allah menyuruh hamba Nya untuk memilih antara [diberi kemewahan] dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah.’ Abu Bakar r.a. menangis [dan berkata, 'Kami tebus dirimu dengan bapak dan ibu kami.'] Aku berkata dalam hati, ‘Apakah yang menjadikan Tuan ini menangis? Jika Allah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara [diberi kemewahan] dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah [dan dia berkata, 'Kami tebus dirimu dengan bapak dan ibu kami,'] sedang Rasulullah saw itu adalah seorang hamba, padahal Abu Bakar itu adalah orang yang terpandai di antara kami.’ Beliau bersabda, ‘Wahai Abu Bakar, janganlah kamu menangis. Sesungguhnya, orang yang paling dermawan atasku dalam berteman dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil khalil (kekasih dalam arti khusus) [selain Tuhanku] dari umatku, niscaya aku mengambil Abu Bakar. Akan tetapi, persaudaraan (dalam satu riwayat: kekhalilan) Islam dan kasih sayangnya tidak membiarkan pintu (dalam satu riwayat: pintu kecil) di masjid melainkan ditutup kecuali pintu (dalam riwayat lain: pintu kecil) Abu Bakar.’” #. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Rasulullah saw di kala sakit, yang beliau wafat dalam sakit itu, keluar dengan mengikat kepala beliau dengan potongan kain. Beliau duduk di mimbar lalu beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian beliau bersabda, ‘Tidak ada seorang pun yang lebih dermawan terhadapku dalam jiwa dan hartanya daripada Abu Bakar bin Abu Quhafah. Seandainya aku mengambil kekasih dari manusia niscaya aku mengambil Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi, persahabatan Islam lebih utama.’ (Dalam satu riwayat: ‘Akan tetapi, dia adalah saudaraku dan sahabatku.’.” Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas, “Adapun ucapan Rasulullah saw., ‘Seandainya aku mengambil kekasih dari umat ini niscaya aku ambil Abu Bakar, tetapi persaudaraan Islam itu lebih utama atau lebih baik,’ maka beliau mengucapkan yang demikian ini karena beliau menempatkan atau menetapkan Abu Bakar sebagai ayah (mertua).’ ‘Tutuplah dariku setiap pintu di masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.’” : Pintu-Pintu dan Kunci-Kunci Ka’bah serta Masjid #. Ibnu Juraij berkata, “Ibnu Abi Mulaikah berkata kepadaku, ‘Wahai Abdul Malik, aku ingin kamu telah melihat masjid Ibnu Abbas dan pintu-pintunya.’” (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang tercantum pada Kitab ke-56 ‘al-Jihad’, Bab ke-127.”) : Masuknya Orang Musyrik ke Dalam Masjid (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnad-nya hadits Abu Hurairah yang tercantum pada Kitab ke-64 ‘al-Maghazi’, Bab ke-72.”) : Mengeraskan Suara di Dalam Masjid #. Saib bin Yazid berkata, “Aku sedang berdiri di masjid, lalu ada seorang laki-laki melempariku dengan beberapa batu kecil. Aku melihat ke arahnya, ternyata orang itu adalah Umar ibnul Khaththab. Ia berkata, ‘Pergilah, kemudian bawalah kedua orang itu ke sini!’ Aku membawa kedua orang itu kepadanya. Umar berkata, ‘Siapakah Anda berdua ini?’ Atau, ia berkata, ‘Dari manakah Anda berdua ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami penduduk Thaif.’ Umar berkata, ‘Seandainya Anda berdua penduduk negeri ini niscaya aku pukul Anda. Pantaskah Anda berdua mengeraskan suara di masjid Rasulullah saw.?’” : Pertemuan-Pertemuan Keagamaan Berbentuk Lingkaran dan Duduk di Dalam Masjid #. Ibnu Umar berkata, “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad saw ketika beliau [sedang di masjid] di atas mimbar [berkhotbah kepada orang banyak], ‘Bagaimanakah shalat malam itu?’ Beliau bersabda, ‘Dua (rakaat) dua (rakaat). Jika takut kedahuluan subuh, shalat satu rakaat sebagai witir shalat yang sudah dikerjakan.’ Dia berkata, ‘Jadikanlah akhir shalatmu di malam hari itu witir karena Nabi Muhammad saw memerintahkan demikian.’” (Dalam satu riwayat: “Apabila engkau takut didahului masuknya waktu subuh, shalatlah satu rakaat sebagai witir bagi shalat yang sudah engkau kerjakan.”) : Berbaring di Masjid dan Menjulurkan Kaki #. Paman Abbad bin Tamim pernah melihat Rasulullah saw. telentang di masjid sambil meletakkan salah satu kaki beliau di atas yang lain #. Sa’id ibnul Musayyab berkata “Umar dan Utsman juga pernah melakukan hal yang seperti itu.” : Masjid yang Ada di Jalan dengan Tidak Mengganggu Orang Banyak Al Hasan, Ayyub, dan Malik mengatakan begitu (yakni masjid di pinggir jalan hendaknya tidak mengganggu orang banyak). : Shalat di Masjid Pasar Ibnu Aun shalat di masjid yang ada di rumahnya dan pintunya ditutup sehingga tidak dapat dimasuki oleh orang banyak. #. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad saw., bersabda, “Shalat jamaah melebihi atas shalat seseorang di rumahnya dan di pasarnya dengan dua puluh lima derajat. Sesungguhnya, salah seorang di antaramu apabila berwudhu dengan baik lalu datang ke masjid hanya karena mau shalat, tidaklah ia melangkahkan satu langkah melainkan Allah menaikkan derajatnya satu derajat dan menghapuskan satu kesalahan darinya sampai ia masuk masjid. Apabila ia masuk masjid, ia (dinilai dan diberi pahala seperti) berada dalam shalat selama ia bertahan karenanya dan malaikat memohonkan rahmat selama ia di dalam majelisnya yang mana ia shalat di dalamnya dan malaikat itu mengucapkan, ‘Ya Allah, ampunilah ia, ya Allah sayangilah ia,’ selama ia belum berhadats.’” : Menyilangkan Jari-Jari Tangan (Memasukkan Sela-Sela Jari Tangan Satu ke Dalam Sela-Sela Jari Tangan yang Lain) di Dalam Masjid dan di Luar Masjid #. Ibnu Umar atau Ibnu Amr berkata, “Nabi Muhammad saw menjalinkan jari-jari beliau.” Abdullah (Ibnu Umar) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abdullah bin Amr, bagaimana keadaanmu kalau kamu berada di antara endapan (ampas) orang-orang seperti ini…?” #. Abu Musa r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya, orang mukmin bagi orang mukmin lain seperti sebuah bangunan di mana sebagiannya menguatkan sebagian yang lain,” dan beliau menjalinkan (menyilangkan) jari-jarinya. #. Abu Hurairah r.a. berkata, “Rasulullah saw shalat bersama kami dalam salah satu dari dua shalat petang hari [zhuhur atau ashar, ” Ibnu Sirin berkata, “Abu Hurairah menyebutkan jenis shalat itu, tetapi aku lupa.” Muhammad (bin Sirin) berkata, “[Dugaan berat aku adalah shalat ashar,, dan dalam satu riwayat: zhuhur, Abu Hurairah berkata, “Beliau shalat bersama kami dua rakaat, kemudian beliau salam, lalu beliau berdiri pada kayu yang melintang di [bagian depan] masjid, kemudian beliau bersandar padanya seolah-olah beliau marah. Beliau meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, menjalin antara jari-jari, dan meletakkan pipi kanan di atas bagian luar dari telapak tangan kiri beliau, dan keluarlah orang-orang yang bersegera dari pintu masjid. Mereka berkata, ‘[Apakah] shalat sudah diringkas?’ Adapun di kalangan kaum itu [pada waktu itu] ada Abu Bakar dan Umar, tetapi mereka takut untuk menyatakannya. Di antara kaum itu ada seorang laki-laki yang kedua tangannya panjang yang disebut (dalam satu riwayat: Nabi Muhammad saw biasa memanggilnya) Dzulyadain, dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau lupa ataukah memang shalat sudah diqashar (diringkas)?’ Beliau bersabda, ‘Aku tidak lupa dan tidak pula shalat itu diqashar.’ [Dzulyadain berkata, 'Bahkan, engkau lupa, wahai Rasulullah.'] Beliau bertanya (kepada orang banyak), ‘Apakah (benar) sebagaimana yang dikatakan oleh Dzulyadain?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ [Beliau bersabda, 'Benar Dzulyadain.' Beliau lalu berdiri], kemudian beliau maju dan shalat akan apa yang tertinggal [dalam satu riwayat: dua rakaat lagi, 8/133], kemudian beliau salam, kemudian beliau bertakbir dan sujud seperti sujudnya atau lebih lama. Beliau lalu mengangkat kepala dan bertakbir, kemudian bertakbir dan sujud seperti sujudnya atau lebih lama. Beliau lalu mengangkat kepala dan bertakbir.’” Bisa jadi, mereka bertanya, “Kemudian beliau salam?” Sirin berkata, “Kami mendapat informasi bahwa Imran bin Hushain berkata, ‘Beliau lalu salam.’” : Masjid-Masjid yang Terdapat di Jalan-Jalan Madinah dan Tempat-Tempat yang Ditempati Nabi Muhammad saw. Shalat #. Musa bin Uqbah berkata, “Aku pernah melihat Salim bin Abdullah mencari-cari beberapa tempat di jalan tertentu, lalu ia shalat di tempat-tempat itu dan memberitahukan bahwa ayahnya pernah shalat di tempat-tempat itu dan ayahnya pernah melihat Nabi Muhammad saw. shalat di tempat itu.” Nafi’ memberitahukan kepadaku dari Ibnu Umar bahwasanya ia mengerjakan shalat di tempat-tempat itu. Aku bertanya pula kepada Salim, maka aku tidak mengetahuinya melainkan cocok dengan apa yang diterangkan Nafi’ mengenai letak tempat tempat itu seluruhnya, hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai masjid yang terletak di Syaraf ar-Rauha’.” #. Nafi’ berkata bahwa Abdullah memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah saw. singgah di bani Dzul Khulaifah ketika beliau umrah dan ketika beliau haji, di bawah pohon yang berduri di kawasan masjid yang ada di Dzul Khulaifah. Apabila beliau pulang dari suatu peperangan atau ketika pulang dari haji atau umrah, beliau turun dari perut suatu lembah (yakni Wadil Atiq) di jalan itu. Apabila beliau muncul dari suatu lembah, beliau menderumkan (unta) di tempat mengalirnya air di tebing lembah timur. Beliau tiba di sana di malam hari sampai masuk waktu subuh, tidak di masjid yang ada batunya dan tidak pula di bukit yang ada masjidnya. Di sana, ada celah di mana Abdullah shalat; di lembahnya ada tumpukan pasir, di sana Rasulullah saw shalat, lalu tumpukan pasir itu hanyut oleh banjir di tempat mengalirnya air, sehingga menimbuni tempat yang dipakai shalat oleh Abdullah. #. Abdullah berkata bahwa Nabi Muhammad saw shalat di masjid kecil yang lebih kecil daripada masjid di dataran tinggi Rauha’. Abdullah mengetahui tempat yang dipergunakan shalat oleh Nabi Muhammad saw. Ia berkata, “Di sana, di sebelah kananmu ketika kamu berdiri shalat di masjid itu. Masjid itu di pinggir sebelah kanan, manakala kamu pergi ke Mekah. Jaraknya dengan masjid besar adalah satu lemparan batu atau yang semisal itu.” #. Abdullah bin Umar shalat di lembah Irquzh-Zhibyah yang ada di ujung Rauha’. Lembah itu penghabisan ujungnya di pinggir jalan di bawah masjid yang terletak di antaranya dengan ujung Rauha’ di kala kamu pergi ke Mekah dan di sana telah dibangun masjid. Abdullah tidak shalat di masjid itu. Ia meninggalkannya dari sebelah kiri dan sebelah belakangnya, dan ia shalat di mukanya sampai ke lembah itu sendiri. Abdullah pulang dari Rauha’ dan ia tidak shalat zhuhur sehingga tiba di tempat itu, lalu dia shalat zhuhur di sana. Apabila ia datang dari Mekah, jika ia melewatinya sesaat sebelum subuh atau di akhir waktu sahur, ia singgah sehingga ia shalat subuh di sana. #. Abdullah berkata bahwa Nabi Muhammad saw. singgah di bawah pohon besar dekat Ruwaitsah di sebelah kanan jalan, yakni jalan tembus di tempat yang rendah dan datar sehingga ia keluar dari bukit kecil di bawah dua mil dari Ruwaitsah. Bagian atasnya telah runtuh dan gugur ke jurangnya dan bagian itu ada di belakang, dan di belakang itu pula terdapat banyak puing. #. Nafi’ berkata bahwa Nabi Muhammad saw shalat di ujung saluran air di belakang Araj. Anda pergi ke dataran tinggi, di sebelah masjid itu terdapat dua atau tiga kuburan. Di atas kuburan itu ada batu nisan, di sebelah kanan jalan, di sebelah bebatuan jalan, di antara bebatuan itu Abdullah pulang dari Araj setelah matahari tergelincir di siang hari, lalu ia shalat zhuhur di masjid itu. #. Abdullah bin Umar bercerita kepadanya (Nafi’) bahwa Rasulullah saw singgah di pohon-pohon di kiri jalan di tempat saluran dekat Harsya. Saluran itu lekat dengan (terletak di) ujung Harsya, antara dia dengan jalan dekat dari sasaran panah (jaraknya sekitar dua per tiga mil). Abdullah shalat di bawah pohon yang terdekat dari jalan dan itulah pohon yang paling tinggi. #. Dulu, Nabi Muhammad saw singgah di saluran yang terdekat dengan Zhahran ke arah Madinah ketika beliau singgah di Shafrawat. singgah di saluran itu di sebelah kiri jalan di kala kamu pergi ke Mekah. Antara tempat tinggal Rasulullah saw dan jalan itu hanya satu lemparan batu. #. Abdullah bin Umar bercerita kepada Nafi’ bahwasanya Nabi Muhammad saw singgah di Dzi Thuwa dan bermalam sampai pagi. Beliau lalu shalat subuh ketika tiba di Mekah. Mushalla Rasulullah saw di bukit yang besar. Di sana, tidak ada masjid yang dibangun, tetapi mushalla nya di bawah bukit yang besar. #. Abdullah bin Umar bercerita kepada Nafi’ bahwa Nabi Muhammad saw. menghadap dua tempat masuk gunung yang terletak di antara gunung itu dan gunung tinggi yang menuju Ka’bah. Beliau memposisikan masjid yang dibangun di sana berada di sebelah kiri masjid yang berada di ujung bukit Mushalla (tempat shalat) Nabi Muhammad saw lebih bawah darinya di atas bukit hitam, yang jaraknya dari bukit itu sekitar sepuluh hasta. Beliau lalu shalat dengan menghadap dua tempat rnasuk yang ada antara kamu dan Ka’bah.

Artikel Terkait:




comment:

0 komentar to “Shalat”

kotak emoticon:
:f :D :x B-) b-( :@ x( :? ;;) :-B :| :)) :(( =(( :s :-j :-p

Posting Komentar

silahkan tinggalkan komentar anda disini.

 

sahabat

Back to TOP